4.10.2008

Laki-laki dan Perempuan Memang Berpikir Berbeda

Laki-laki dan perempuan tidak hanya berbeda secara fisik dan psikis. Dalam berpikir pun juga berbeda. Kesadaran ini yang belum banyak disadari baik oleh laki-laki dalam posisi sebagai suami atau ayah. Maupun perempuan dalam posisi sebagai istri atau ibu. Suami merasa sudah berkorban mati-matian untuk menyenangkan hati istrinya. Namun istri tidak merasa mendapatkan apa-apa dari pasangannya. Karena suami dan istri punya cara berpikir yang berbeda. Perbedaan harus disadari. Bila tidak, bisa menjadi pemicu konflik yang berujung perceraian atau keretakan hubungan orang tua-anak. Secara fisiologis sebenarnya tidak banyak perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan. Baik berat maupun volumenya. Sedikit perbedaan yang dimaksud antara lain adalah organ otak yang disebut corpus callosum. Pada perempuan, corpus callosumnya lebih besar dan lebih tebal dibandingkan pada laki-laki. Corpus callosum adalah bagian dari otak manusia yang menghubungkan belahan otak kiri dengan otak kanan. Sekaligus menghubungkan otak emosional (limbic system) dengan otak rasional (neocortex). Perbedaan lain, pusat pengatur memori (hippo campus) pada otak laki-laki lebih kecil dibandingkan pada perempuan. Disisi lain, bagian limbic system yang bernama amygdala pada otak laki-laki justru lebih besar dibanding pada perempuan. Namun jaras saraf yang terkait dengan emosi pada otak laki-laki lebih sedikit dibandingkan pada perempuan. Sehingga membuat kemampuan daya ingat terhadap peristiwa yang sarat dengan muatan emosional lebih kuat pada otak perempuan dibandingkan pada laki-laki. Demikian juga aliran darah pada otak perempuan sekitar 15% lebih banyak dibandingkan dengan otak laki-laki. Saat memproses emosi, pada otak perempuan lebih banyak area fisik otak (cortical area) yang aktif dibandingkan dengan otak laki-laki. Perempuan dan bicara
Perempuan memiliki ‘hobi’ bicara dibandingkan laki-laki. Bila perempuan (istri)-dalam keadaan tertekan-bicara menyampaikan sesuatu yang dirasakannya pada laki-laki (suami), ia merasakan sebagai sebuah penghargaan, menunjukkan kedekatan, dan kepercayaan. Sebaliknya dalam situasi yang sama, laki-laki lebih banyak berdiam diri dan menyendiri. Bagi suami, jika istrinya mulai “masuk” dengan menanyakan dan berusaha sharing sebagai tanda kepedulian, akan dirasakan suami sebagai gangguan. Dianggap intervensi terhadap proses mencari solusi atas masalah yang dihadapinya. Namun sebaliknya buat istri bila tidak dilibatkan, ia akan merasa diabaikan, tidak dihargai, tidak dipercaya, dianggap sebagai outsider. Dan ini menyakitkan hatinya. Otak perempuan memang dibuat memiliki pusat-pusat bicara yang lebih banyak di otaknya yang mendorong untuk berbicara lebih banyak dibandingkan pada otak laki-laki. Laki-laki dapat tetap merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya tanpa harus bicara. Bila perlu seharian penuh tahan tidak bicara. Sebaliknya, bagi perempuan merupakan “siksaan” bila seharian tidak ada yang diajak bicara. Kesadaran ini setidaknya bisa dijadikan pemicu untuk mulainya proses komunikasi terbuka antara suami-istri, ataupun antara ayah dengan anak perempuannya dan ibu dengan anak laki-lakinya. Bahwa cara berpikir laki-laki dan perempuan memang berbeda. (PT. NestlĂ© Indonesia bekerja sama dengan majalah Anakku)