7.16.2008

MENGOLAH SAMPAH MENJADI BERKAH

Kompas Jumat 4 July 2008 jajak pendapat "SAMPAHMU, URUSANMU"
Menyeka keringat dengan tisu, mencuci rambut dengan sampo dalam sachet, membeli penganan berbungkus plastik, sampai sekedar iseng makan kuaci menjadikan setiap orang sebagai "PRODUSEN" sampah. Sampah kini tidak lagi sekedar bermakna kotor karena sudah melahirkan dampak buruk terhadap lingkungan. Pada jaman adanya kesadaran "MENYELAMATKAN BUMI" seperti sekarang agaknya tak ada jalan lain selain mengharuskan setiap orang bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan

Setahun lalu menjelang pesta "PASKAH" digerejaku diadakan seminar serta pelatihan "MENGOLAH SAMPAH MENJADI BERKAH" awal mulanya aku juga sempat bingung dengan kalimat tersebut. Dimulai dari jam 9 pagi acara yang diprakarsai oleh suatu lembaga yang selama ini mendapatkan penghargaan atas jasa mereka dalam membantu serta mengajarkan banyak orang bagaimana seharusnya mengolah sampah. Dimulai dari cara pembuatan pupuk organik, sampai dengan cara mengolah sampah terutama plastik menjadi sesuatu yang bisa dipakai lagi seperti plastik bekas pengharum pakain yang setelah dibersihkan bisa menjadi tas yang cantik, juga payung yang bagus. Sedangkan kertas2 bekas masih bisa didaur ulang. Banyak sisi positif yang aku dapatkan dari acara tersebut. Kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadapku, bagaimana aku memilah sampah dirumahku. Botol plastik serta kertas bekas aku berikan kepada pemulung langgananku yang setia datang kerumahku sebulan sekali. Bagaimana mendidik anak2 memilah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan.